Sebelum aku memulai kisah ini, aku akan menyamarkan semua nama termasuk
namaku sendiri karena aku tidak mau nantinya aku menerima malapetaka
dikemudian hari. So, cerita kumulai sekarang ya?
Hari itu sabtu,
pas dalam minggu dihari kelahiranku yang ke-17, jadi orang tuaku sengaja
mengadakan pesta Ulang Tahun untukku, anak lelaki satu-satunya. Maklum
saja aku anaknya pemalas banget soal pesta-pestaan, alias kutu buku
banget dan smart di sekolah, berbeda dengan kakak perempuanku yang
satu-satunya juga, badung dan ogah-ogahan kalau disuruh belajar (padahal
pintar juga sekolahnya loh, sampai lulus SMU dia tidak pernah lolos
dari urutan 10 besar dalam ranking sekolahnya).
Dasar kakak
cewekkku ini badung, dia tidak ada selama sore hari saat berlangsungnya
pesta, kemana ya, aku juga jadinya agak sedih sedikit. Bukan
mengharapkan kado darinya, tapi dengan kehadirannya saja aku tentu akan
sangat senang sekali, karena minimal aku bisa memperlihatkan pada
teman-teman cewekku di sekolah (yang kuundang ke pestaku) bahwa
dikeluargaku juga ada cewek kecenya yang tidak kalah kece dari semua
teman paling kece di sekolahku).
Pas acara sudah mau berakhir,
yaitu acara disco bebas, aku lagi bengong-bengong melihat teman-temanku
ajojing, nah kakak cewekku satu-satunya pulang juga. Wah happy banget
aku, maklum saja kami memang cuma 2 bersaudara, tidak punya saudara
kandung lain. Dia sih sudah kuliah tahun ke-2, sedangkan aku masih SMU
kelas 2.
"Jon.. selamat Ulang Tahun yah.. sorry aku kagak bawa
kado.." kata Fifi sambil mengajukan tangannya untuk bersalaman setelah
melihat tumpukan kado di atas meja. Wah dia pulang saat temanku belum
bubar saja aku sudah happy banget, boro-boro mikirin kado deh, habis
salaman kupeluk kakakku dengan kegirangan (kami memang akrab sekali
sebenarnya, jadi biasa saja pelukan). Kakakku tidak lupa memberikan
sesuatu yang membuatku kaget juga, yaitu ciuman di pipi kiri-kanan di
depan teman-temanku. Gile bener.. akrab sih akrab sama kakak, tapi untuk
ciuman baru kali ini kuterima sejak beranjak dewasa. Di belakang sih
terdengar suara tepuk tangan dari teman-temanku. Mungkin bagi yang belum
kenal dipikirnya pacarku datang kali, tapi bagi yang sudah tahu yah
entah apa pikirannya deh. Habis biarpun kakakku tingginya 170 cm, tetap
saja kalah tinggi denganku yang 175 cm saat itu.
Kadang-kadang,
aku memang suka membayangkan bentuk tubuh Fifi. Soalnya memang dia kece
sih. Terlebih sejak aku mengalami mimpi basah pertama kali waktu SMP 1
dulu. Lah yang kuimpikan saja kakakku kok, si Fifi ini. Wajahnya seperti
artis Hongkong deh, putih cantik dan benar-benar kece berat pokoknya.
Paling hebat saat aku melihat dia cuma berbikini saat berenang,
selebihnya wah cuma dalam mimpi. Sedangkan untuk pacaran. Wah aku belum
berani, soalnya cita-citaku ranking satu terus, dan idolaku yah si Fifi
yang sudah muncul sejak mimpi basah pertama kali dulu. Heran yah?
Waktu
mau bubaran pestanya, temanku yang jadi DJ iseng banget, dia muterin
lagu buat slow dance, dan aku disuruh mengajak cewek pilihanku (biasanya
sih kalau saat-saat begini, yang ultah ngajak orang yang di taksirnya
untuk berdansa) turun dan memperkenalkan pada seluruh tamu, wah
brengsek. Memang gosipnya ada beberapa cewek yang naksir padaku di
sekolah, tapi aku cuek bebek, kurang begitu peduli sama mereka semua,
padahal mereka-mereka itu kece dan cantik-cantik juga loh, dan rebutan
cowok-cowok di sekolahku. Bukan apa-apa, kalau aku naksir yang satu kan
yang lain bakalan hilang, mundur teratur, nah mendingan aku tidak
memilih satu orangpun? jadinya bisa nempel sama semua cewek kece.
Nah
teman brengsek ini menyuruhku untuk mengajak satu cewek untuk slow
dance, seolah mengumumkan siapa cewek pilihanku. Yah sulit dong.. Gile
juga.. Tapi akalku jalan cepat sekali, si Fifi kudatangi walaupun lagi
mojok di dekat orang tuaku (tapi tidak ngobrol, jadi bagi yang belum
kenal Fifi, tetap saja menganggap Fifi cuma temanku). Fifi agak terkejut
sedikit waktu tahu dan sadar dia yang kuajak slow dance, tapi belum
berkomentar apa-apa. Begitu kami masuk ke tengah-tengah arena slow
dance, di tengah kerumunan pasangan lain baru Fifi berbisik, "Jon... kok
ngajak aku slow dance-nya sih?"
"Iya Fi.. aku belum punya cewek sih.."
"Kan banyak teman elu yang kece-kece tuh.." masih sambil berbisik.
"Yang kece sih banyak Fi.. tapi yang sekece kamu mana ada.." rayuku pada kakak sendiri.
"Gelo loh.. cewek kece banyak begitu disia-siakan.."
"Beneran Fi.. nggak ada yang cantik dan dewasa seperti kamu, semuanya ABG doang.."
Fifi
tidak menjawab lagi, tapi menaruh kepalanya pada pundakku. Harum
rambutnya yang tadi sore keramas bercampur dengan sedikit keringat
kepalanya di hidungku begitu merangsangnya. Begitu kugeser kepalaku
sedikit mendekati telinganya lagi, kali ini makin jelas aku mencium
parfum si Fifi yang dipakai pada belakang telinga. Kakakku ini seru loh,
suka memakai parfum lelaki! Dan aku mengikuti dia dalam merk parfum.
Cuma berhubung bau badan kami beda dikit yah tetap saja aku terangsang
mencium bau campuran parfum dan bau badan Fifi. Batang kemaluanku
ngaceng berat waktu itu.
Begitu Fifi sadar, aku membaui sekitar
belakang telinganya, dia memelukku lebih erat lagi. Alamak.. Cukup
terasa juga payudaranya menekan dadaku. Wow.. empuk-empuk nikmat (memang
nikmat?!) Pokoknya menimbulkan sensasi tersendiri. Mungkin yang
merasakan nikmat si cewek kali kalau bersentuhan dada begitu. Aku
sebagai lelaki sih rasanya enak-enak saja.
Sepanjang lagu yang
satu itu, tanganku yang tidak memegang tangan Fifi kusuruh menjelajahi
punggungnya. Dari dekat lehernya sampai ke pinggangnya. Berhubung Fifi
memakai gaun malam mini, yah dia tidak perlu pakai rok-rok segala dong,
kan jadi satu sama atasan, eh baju terusan itu. Mini tuh maksudku masih
setinggi pertengahan paha. Nah saat aku mengusap-usap pinggang Fifi, aku
tidak begitu merasakan adanya garis celana dalamnya.
Timbul niat isengku pada kakak sendiri, sekalian mau tahu juga.
"Fi.. kamu nggak pakai celana dalam yah?" kataku sambil berbisik di telinganya.
"Eh.. enak saja.. aku pakai tahu.. nakal loh Jon nanyanya!" jawab Fifi sambil berbisik.
"Kok nggak berasa dipegang Fi.. batas celana dalamnya.." bisikku lagi penasaran.
"Coba elu rabanya turun lagi dikit.." balas Fifi sambil berbisik juga.
Lalu
kuraba mengikuti petunjuknya, kali ini buah pantatnya terpaksa harus
kuraba-raba. Dan merabanya makin turun saja. Benar juga, akhirnya ketemu
dan kutelusuri garis batas celana dalamnya. Dilihatin orang nih
dansanya. Nekat kali aku meraba makin ke bawah. Ha! Gile apa.. ini kakak
sendiri friends. Rabaanku berjalan ke samping saja, menelusuri
pelan-pelan garis celana dalam Fifi yang memang sepertinya cuma segaris
itu. Oh.. aku tahu sekarang, celana dalamnya model tali saja dan
dipakainya berbentuk V.
"Fi.. celana dalam elu modelnya aneh banget sih.. makanya kukirain tadi kagak pake celana," kataku masih berbisik.
"Makanya elu cari pacar dan pacaran.. nanti jadinya tahu.." balas Fifi masih bisik-bisik saja.
"Kalo pacarku seperti kamu sih boleh saja Fi.." balasku mesra.
Wah pembaca, jangan heran kami bisa ngomong bebas begini kan karena memang akrab.
Dalam
kepalaku timbul juga perasaan cemburu sedikit saat itu. Wah.. sialan
siapa saja nih yang sudah pegang-pegang si Fifi sampai dia perlu pakai
celana dalam sexy seperti itu. Sialan... mau kuhajar saja rasanya. Belum
tahu kali tuh cowok, adiknya Fifi jagoan taekwondo, karate sekaligus
Merpati Putih.
Eh lagi enak-enak memeluk Fifi sambil
goyang-goyang lagunya habis.. sialan, temanku mengganti jadi disco lagi.
Yah sudah bubaran deh slow dance-ku dan Fifi. Aku masih melihat-lihat
teman yang lain, si Fifi menghilang entah kemana. Karena acara terakhir
pesta rumahan adalah disco, yah tidak lama setelah itu bubar deh
pestanya, masak anak SMU pesta di rumahan sampai lewat jam 12 malam sih?
nggak sopan dong (anak ranking 1 nih yang bilang, aku!).
Persis
jam 12 lewat 5 menit, teman terakhir sudah tidak kelihatan mobilnya. Aku
yang capek banget rasanya mau tidur saja deh, sambil mikirin Fifi.
Kemana yah dia? Urusan kado besok saja lah. Tidak mungkin ada yang
ngambil ini. Aku naik ke atas dan langsung masuk ke kamarku. Melepaskan
pakaian dulu lalu masuk kamar mandi pribadi dan bersih-bersih. Masih
bugil aku balik ke ruangan ranjang. Ah biasanya tidur pakai CD, kali ini
mau nyobain bugil ah, sudah gede ini, kan 17 tahun. Yah badanku yang
gede dan anuku juga cukup gede kok. Panjangnya sih cuma 15 cm saja.
Karena
AC kamarku cukup dingin, aku biasa tidur memakai selimut (Tidak lucu
sebenarnya, kalau memahami kesehatan, saat tidur itu bagusnya tubuh kita
tidak dalam keadaan 'terikat' dan udara yang kita hirup sebaiknya
memang sekitar 18-24 derajat celsius. Jangan lebih panas dan jangan
lebih dingin. Itu baru tidur sehat. Eh ini kata dokter Joni loh hehehe
coba saja iseng tanya dokter beneran.) Kan bule-bule dalam film banyak
yang tidur bugil toh?
Masih berbaring, pikiranku melamun pada
peristiwa slow dance bersama Fifi, kakak tercintaku. Saat dance tadi aku
sih lupa apakah ngaceng atau nggak, tapi saat mikirin aku inget.
Ngaceng kenceng! Gile kupegang si Junior, malah makin bikin tenda di
selimutku jadinya. Yah kuusap-usap sayang deh juniorku. Tentu saja
sambil membayangkan bagaimana bentuk tubuh si Fifi yang polos dalam
keadaan bugil sepertiku, apalagi sambil menari bareng. Wow.. asyik loh.
Aku
berhayal.. Tubuh si Fifi mulus tanpa cacat (sepertinya memang belum
pernah luka sih, paling bekas suntikan cacar di pahanya) payudaranya
yang lumayan mantap kalau dipegang, dengan puting cukup besar sehingga
enak dikulum. Lalu perutnya yang datar dan rata karena hobbynya aerobic
dan fitness, dan pantatnya yang aduhai montoknya, tadi saja saat
kupegang waktu slow dance mantap banget rasanya.
Eh lagi
enak-enak berhayal begitu, tiba-tiba pintu kamarku diketok. Tok.. tok..
tok.. cuma tiga kali dan tidak kencang. Karena kebiasaan menjaga privacy
di keluarga kami, sebelum masuk harus ketok pintu dulu, aku sih tidak
pernah mengunci pintu.
"Siapa?" tanyaku.
"Aku Jon.." jawab suara yang tidak asing lagi, sepertinya berbisik tuh.
Wharakadah! gadis yang sedang kuimpi-impikan muncul mendatangiku friends! Aku terdiam bingung.
"Jon..
elu belum pulas kan?" tanya Fifi dari balik pintu. Lalu diam menunggu
jawabanku. Wah gimana nih.. aku sedang bugil dalam selimut begini. Ah
biarin deh.
"Boleh masuk Jon?" tanya Fifi lagi, padahal aku baru mau menyuruhnya masuk, tapi belum sempat.
"Iya,
masuk saja Fi.." kataku cukup keras supaya jelas terdengar olehnya,
kalau pelan-pelan entar dia tidak jadi masuk lagi, kan bikin sedih
jadinya.
Si Fifipun masuk juga, setelah menutup pintu kamar, dia
berbalik dan, "Jon lampunya dinyalain yah?" tanya Fifi. Maklum sebelum
naik ranjang, lampu terangnya kumatikan, cuma sisa lampu kecil saja,
jadi remang-remang. Wah benar juga idenya, jadi aku bisa melihat jelas
tubuh Fifi, sepertinya cuma memakai baju tidur waktu bayangannya
terlihat saat memasuki kamarku.
"Iya deh.." jawabku, lalu sadar, wah.. entar senjataku yang ngaceng kelihatan dong!
"Eh..." belum sempat aku ngomong lagi, si Fifi sudah menyalakan lampu. "Blar.." terang deh.
Aku
memperhatikan Fifi. Dia memakai baju tidur favoritku, karena model baby
doll, terusan cuma melewati pantatnya dikit, warna kuning muda dan agak
transparan. Biasanya kalau dia berdiri membelakangi lampu sih kelihatan
bentuk tubuhnya, dan pakaian dalamnya. Kali ini belum kelihatan, kan
lampunya di tengah ruangan, sedang dia masih dekat pintu.
"Ada
apa Fi?" tanyaku bingung juga dan heran, ada apa malam-malam waktunya
tidur begini dia datang yah? Kalau masih sore sih aku tidak heran,
paling dia mau nanya soal komputer atau soal mobilnya.
"Eh sebelumnya sorry loh Jon.."
"Kenapa?" langsung kupotong saja.
"Aku
kan belum ngasih kado buat elo.. kagak kepikir mau ngasih apa sih."
lanjut si Fifi mencoba senyum menghiburku kali. Wah bener juga.
Aku
memang tidak sempat memikirkan Fifi ngasih kado atau tidak, dia mau
slow dance denganku saja rasanya aku happy banget. Lalu sekarang mau apa
lagi nih? "Ah nggak apa-apa Fi.. nggak masalah soal kadonya.. aku punya
kakak sebaik elu saja sudah merupakan kado yang indah setiap hari.."
kataku. Lalu si Fifi berjalan menghampiri ranjang sambil melihat mataku
terus. Wah untung tidak melihat ke arah juniorku. Masih ngaceng man!
banyangkan sendiri deh cewek kece, seksi sedang berada di dekat kamu, di
ranjang yang sedang bugil. Dan sambil tersenyum manis sekali pada kamu.
Sewaktu
dia makin mendekatiku, aku menggeser ke tengah ranjang, jadi dia bisa
duduk di tepi ranjang kalau memang mau ngobrol agak lama. Nah saat makin
dekat itulah lampu kamar dibelakangi olehnya. Wow.. bayangan mulus
tubuhnya yang sempurna sekali (nggak kayak gitar kok, tapi melengkung
dan meliuk indah) makin jelas saja terlihat. Benar saja dia duduk dekat
pinggangku, persis sebelah pinggang dan juniorku yang ngaceng berat.
Selimutku yang bergeser membuat si junior mengangguk-angguk kegelian
karena gesekan itu. Tangan kiriku yang masih dalam selimut terpaksa
harus memegangi si Junior nih. Fifi berlagak tidak melihat dan tetap
senyum manis sekali.
Bersambung ...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar